Masih Adakah yang Mau Menerima Nasehat?

Masih Adakah yang Mau Menerima Nasehat?
SUATU hari Abdullah bin Mubarak (181 H) pernah ditanya: "Masih adakah orang yang mau/bisa memberikan nasehat?" Jawaban beliau: "Masih adakah orang yang mau menerima nasehat?" Dialog ini diabadikan dalam kitab Tarikh Baghdad 8/70. Cobalah baca kembali dialog itu lalu pikirkan. Kesan apa yang didapat?
Para pemberi nasehat yang tulus itu ternyata tak banyak. Namun, orang yang mau mendengarkan nasehat dengan tulus juga tak banyak.
Yang banyak saat ini adalah mereka yang sibuk dengan urusannya masing-masing dengan tujuannya masing-masing dan untuk kebahagiaan masing-masing. Sangat jarang mereka yang peduli kepada orang lain untuk bahagia bersama-sama.
Nasehat seringkali dicari hanya di ujung derita saat semua jalan kesenangannya tertutup rapat dalam gelap tanpa pelita.
Nasehat yang adapun terpaksa diada-adakan kadang hanya untuk kepuasan diri, kepentingan diri pribadi, yang tak ada sangkut pautnya dengan kemaslahatan umum. Semuanya serba bermotif untuk kepentingan diri sahaja.
Bangun dan jayanya masyarakat, bangkit dan bermartabatnya sebuah bangsa sungguh ditentukan oleh komitmen bersama untuk berpikir bersama dan bekerjasama untuk kebahagiaan bersama.
Mereka yang culas, curang dan aniaya demi kepentingan diri dan kelompok kecilnya adalah orang yang tak layak diperhitungkan untuk menjadi tokoh dan pimpinan. Yang berhak menjadi tokoh dan pemimpin adalah mereka yang setiap siang bekerja untuk ummat dan setiap malam berdoa untuk kemaslahatan ummat.
Rasulullah Muhammad adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau banyak memberikan nasehat dan wasiat. Namun adakah yang mau menerima nasehat dan wasiat beliau? Salam, AIM. [*]
Tidak ada komentar